Dracin Populer: Ia Menulis Cerita Tentangku, Tapi Mengganti Ending-nya

Ia Menulis Cerita Tentangku, Tapi Mengganti Ending-nya

Aula Emas Istana Bulan Purnama berkilauan di bawah ratusan lentera kristal. Bayangan panjang menari di dinding, menyembunyikan tatapan tajam para pejabat kerajaan. Di balik tirai sutra berwarna darah, bisikan pengkhianatan berdesir seperti angin malam. Inilah arena kekuasaan, tempat Kaisar Zhan dan Permaisuri Lian saling menari dalam simfoni cinta dan tipu daya.

Zhan, dengan wajah setegas pahatan batu, mengagumi kecantikan Lian. Matanya adalah danau obsidian yang menyimpan kedalaman tak terduga. Lian, bagai bunga teratai di tengah kolam keruh, menebarkan pesona lembut namun menyimpan duri yang tajam. Cinta mereka adalah permainan takhta, setiap senyum adalah strategi, setiap janji bisa menjadi pedang.

"Lian'er," bisik Zhan, suaranya serak namun penuh kekuatan. "Kau adalah ratuku, hidupku, dan segalanya bagiku."

Lian membalas tatapannya, bibirnya melengkung membentuk senyuman misterius. "Yang Mulia, kata-kata Anda adalah musik bagi telingaku. Tapi, musik bisa menjadi ilusi, bukan?"

Cinta mereka, yang dulu membara seperti api unggun musim panas, kini menjadi bara dingin yang membara di bawah lapisan es. Zhan, terobsesi dengan kekuasaan, mulai mengabaikan Lian. Ia lebih memilih nasihat para kasim licik dan selir-selir yang haus tahta. Lian, yang dulu menjadi penasihat terdekat Zhan, kini hanya menjadi hiasan istana.

Namun, Lian tidak menyerah. Ia menyaksikan, belajar, dan merencanakan. Ia menyerap setiap bisikan pengkhianatan, setiap rencana jahat, dan mengubahnya menjadi senjata. Ia tahu, Zhan telah menulis cerita tentang dirinya – seorang ratu yang lemah, yang akan dengan patuh mengikuti perintahnya. Tapi Lian, dengan tangan dingin dan hati baja, akan MENGGANTI ENDING-NYA.

Malam itu, saat badai petir mengamuk di luar istana, Lian melaksanakan rencananya. Dengan anggun, ia menghadap Zhan di aula utama. Para pejabat istana menahan napas, menyaksikan drama yang akan segera terungkap.

"Yang Mulia," suara Lian bagai lonceng perak yang berdering di tengah badai. "Saya telah lama mengabdi kepada Anda, dengan cinta dan kesetiaan. Tapi Anda telah membutakan diri dengan kekuasaan, melupakan janji-janji suci."

Zhan menatapnya, mata obsidiannya kini dipenuhi kebingungan dan amarah. "Kau berani berbicara seperti itu kepadaku? Kau lupa siapa dirimu?!"

Lian tersenyum dingin. "Saya tidak lupa, Yang Mulia. Saya hanyalah seorang wanita yang Anda anggap lemah. Tapi bahkan bunga teratai memiliki racun di akarnya."

Dengan gerakan secepat kilat, Lian mengeluarkan jepit rambut perak berukir naga dari sanggulnya. Jepit rambut itu, hadiah dari Zhan di awal pernikahan mereka, kini menjadi SENJATA PEMBALASAN.

"Kau tahu, Yang Mulia," bisik Lian, suaranya bagai hembusan angin es. "Saya selalu bertanya-tanya, bagaimana rasanya menulis ulang sejarah."

Jepit rambut perak itu melesat, menembus jantung Zhan. Kaisar yang perkasa itu ambruk ke lantai, matanya membelalak tak percaya.

Lian berdiri di atas tubuh Zhan, gaun sutranya ternoda darah. Para pejabat istana berlutut, ketakutan merayapi jiwa mereka. Lian, yang dulu dianggap lemah, kini menjadi penguasa ABSOLUT.

Dengan suara lantang yang bergema di seluruh aula emas, Lian berkata, "Kaisar telah mangkat. Mulai hari ini, saya akan memerintah."

Dan sejarah, seolah baru saja menulis ulang dirinya sendiri, dimulai dengan... sebuah pertanyaan.

You Might Also Like: 0895403292432 Reseller Kosmetik Bisnis

Post a Comment