Bikin Penasaran: Pelukan Yang Mengandung Rahasia Lama

Hujan menyelimuti Shanghai malam itu, serupa tirai air mata yang menutupi kenangan. Li Mei berdiri di balkon apartemennya, gaun sutra merahnya berkibar tertiup angin malam. Di bawah sana, di jalan yang basah, berdiri sosok yang telah lama menghantui mimpinya—Zhang Wei.

Dulu, mereka adalah sepasang kekasih, janji sehidup semati terukir di jantung masing-masing. Namun, ambisi dan intrik keluarga telah merenggut segalanya. Zhang Wei, terpaksa menikahi pewaris keluarga Zhao yang kaya raya, meninggalkan Li Mei dengan hati remuk dan janji yang dilanggar.

Sekarang, sepuluh tahun kemudian, Zhang Wei berdiri di sana, matanya memohon, wajahnya diliputi penyesalan. Li Mei tahu alasannya. Skandal keuangan yang mengguncang perusahaan Zhang Wei, rumor tentang kehancuran yang tak terhindarkan. Dia tahu, Zhang Wei membutuhkan bantuannya.

Li Mei menarik napas dalam. Ia turun, melewati tangga dengan langkah anggun namun dingin. Ketika ia berdiri di hadapan Zhang Wei, aromanya—perpaduan mawar dan cendana—menusuk ingatannya, membangkitkan kembali rasa sakit yang telah lama ia kubur.

"Wei," bisiknya, suaranya bergetar, bukan karena cinta, tapi karena KEMARAHAN yang terpendam.

Zhang Wei meraih tangannya, cengkeramannya lemah. "Li Mei, maafkan aku. Aku tahu aku telah menghancurkan segalanya. Tapi aku... aku mencintaimu."

Li Mei tertawa getir. "Mencintaiku? Setelah sepuluh tahun? Setelah menikahi orang lain demi kekayaan dan kekuasaan? Jangan membuatku tertawa."

Ia menarik tangannya dan melangkah mendekat, terlalu dekat. "Kau ingat janji itu, Wei? Janji bahwa kita akan selalu bersama, apapun yang terjadi?"

Zhang Wei menunduk, malu. "Aku... aku terpaksa."

Tepat saat itu, kilatan petir menyambar langit, menerangi wajah Li Mei. Matanya berkilat-kilat, bukan dengan cinta, tapi dengan api pembalasan.

"Terpaksa? Kau pikir aku tidak terpaksa menderita? Kau pikir aku tidak terpaksa membangun kembali hidupku dari nol, sendirian?"

Li Mei memeluk Zhang Wei. Pelukan itu erat, hangat, seolah menyatukan kembali dua hati yang terpisah. Namun, di balik kehangatan itu, tersimpan rahasia lama, luka yang tak pernah sembuh.

"Wei," bisiknya lagi, kali ini suaranya lembut, hampir mencintai. "Aku akan membantumu."

Zhang Wei memejamkan mata, bersyukur. Ia tidak menyadari bahwa di balik pelukan itu, Li Mei telah menghubungi orang kepercayaannya, memberikan instruksi untuk membeli saham perusahaan Zhang Wei, menjatuhkannya ke jurang kebangkrutan yang tak terhindarkan.

Takdir seolah berbisik, "An eye for an eye." Keadilan telah tiba, dengan tangan yang halus namun mematikan.

Di balik pelukan itu, Li Mei merasakan air mata Zhang Wei membasahi pundaknya. Ia membalas pelukan itu lebih erat, menyembunyikan senyum tipis di wajahnya.

Cinta dan dendam adalah dua sisi mata uang yang sama—terlalu sulit untuk mengatakan mana yang lebih kuat, atau mana yang pada akhirnya akan menang.

You Might Also Like: 5 Rahasia Mimpi Digigit Ikan Nila Dalam

Post a Comment