FULL DRAMA! Aku Mencintaimu Meski Tuhan Melarang, Karena Kau Adalah Doaku Yang Gagal

Bab 1: Aula Emas dan Bisikan Pengkhianatan

Aula Emas Istana Kekaisaran megah berkilauan di bawah ratusan lampu kristal. Lantainya yang terbuat dari marmer putih memantulkan cahaya, menciptakan ilusi ruang tak berujung. Di sinilah kekuasaan bersemayam, di mana setiap senyum adalah kalkulasi dan setiap kata adalah senjata.

Di tengah kerumunan pejabat berpakaian sutra dan brokat, Kaisar Xuan duduk di singgasananya, wajahnya tanpa ekspresi. Tatapan matanya yang tajam mengamati setiap gerakan, mencari celah kelemahan. Di sisinya, berdiri Permaisuri Lan, anggun dan mempesona, namun mata birunya menyimpan rahasia kelam.

Namun, perhatianku terfokus pada Pangeran Rui, putra mahkota yang tampan namun pendiam. Dia berdiri di antara para pejabat, aura misterius mengelilinginya. Pangeran Rui, pewaris takhta, namun lebih memilih menghabiskan waktu di perpustakaan daripada medan perang.

Lalu, ada aku. Ling Mei. Seorang selir rendahan, hanya bayangan di antara gemerlap istana. Namun, mata Pangeran Rui selalu mencari keberadaanku, dan dalam tatapannya, aku menemukan cinta terlarang.

Bisikan pengkhianatan berdesir di balik tirai sutra. Perebutan kekuasaan sedang berlangsung, dan cinta kami adalah bara api yang bisa membakar seluruh istana.

Bab 2: Permainan Takhta dan Janji yang Mematikan

"Ling Mei," bisiknya suatu malam di Taman Terlarang, di bawah taburan bintang. "Aku MENCINTAIMU. Lebih dari takhta, lebih dari hidupku sendiri."

Kata-katanya seperti madu, manis dan memabukkan. Tapi aku tahu, setiap janji di istana ini bisa menjadi pedang.

"Pangeran," jawabku lirih, "Cinta kita adalah pengkhianatan."

"Aku akan merebut takhta, Ling Mei. Aku akan mengubah aturan. Aku akan menjadikanmu Permaisuriku, meskipun seluruh dunia menentang."

Janji itu membuatku merinding. Aku tahu, cintanya adalah obsesi yang berbahaya. Tapi aku terlalu lemah untuk menolaknya.

Permaisuri Lan, dengan mata birunya yang tajam, mulai mencium gelagat. Dia tahu, aku adalah ancaman bagi kekuasaannya.

Bab 3: Balas Dendam yang Elegan

Permaisuri Lan merencanakan kehancuranku. Dia menyebarkan fitnah, menuduhku berkhianat dan mencoba meracuni Kaisar. Pangeran Rui mencoba melindungiku, tapi usahanya sia-sia.

Aku dihukum. Dicambuk di depan umum, lalu dibuang ke istana dingin, tempat para selir yang dibuang mati perlahan dalam kesepian.

Di sana, dalam kegelapan dan keputusasaan, aku menemukan kekuatan. Kebencian membakarku, lebih panas dari api neraka. Aku akan membalas dendam. Aku akan menghancurkan mereka semua.

Aku mulai merencanakan. Dengan sabar, aku mengumpulkan sekutu – selir yang terlupakan, kasim yang terbuang, dan pejabat yang tidak puas. Aku memanfaatkan setiap kelemahan mereka, setiap kerinduan mereka, setiap dendam mereka.

Bertahun-tahun berlalu. Pangeran Rui berhasil merebut takhta, tetapi kekuasaannya goyah. Permaisuri Lan masih memegang kendali.

Tibalah saatnya. Pada malam perayaan kenaikan takhta Pangeran Rui, aku kembali. Tidak lagi sebagai selir rendahan, tetapi sebagai bayangan yang mematikan.

Aku membuka kedok Permaisuri Lan, membongkar semua kejahatannya di depan seluruh istana. Terungkaplah bahwa dialah dalang di balik semua intrik dan pengkhianatan.

Pangeran Rui terkejut dan marah. Dia memerintahkan penangkapan Permaisuri Lan.

Namun, sebelum penjaga bisa menyentuhnya, aku melangkah maju. Dengan anggun dan dingin, aku menusuk jantung Permaisuri Lan dengan jepit rambut perak.

"Ini," bisikku di telinganya, "Adalah balas dendam dari seorang selir yang kau remehkan."

Bab 4: Takhta Berdarah

Pangeran Rui menatapku dengan ngeri. Cinta di matanya telah berubah menjadi ketakutan. Dia tahu, aku telah berubah menjadi monster.

"Ling Mei... Bagaimana bisa?"

"Kau membuatku seperti ini, Pangeran. Kau membuatku menjadi doa yang gagal."

Aku berbalik, meninggalkan Pangeran Rui yang terpaku di singgasananya yang berlumuran darah. Aku tahu, hari-hariku di istana ini telah berakhir. Aku akan pergi, memulai hidup baru di luar tembok kekuasaan.

Aku melangkah keluar dari Aula Emas, ke dalam malam yang gelap dan sunyi. Di belakangku, aku mendengar suara terompet kematian. Pangeran Rui telah memerintahkan eksekusi seluruh keluarga Permaisuri Lan.

Aku tersenyum. Permainan baru saja dimulai...

You Might Also Like: Skincare Lokal Untuk Kulit Tropis

Post a Comment