Aku Mencintaimu Bahkan Saat Kau Tak Lagi Percaya Reinkarnasi
Sinyal Wi-Fi berkedip-kedip seperti jantung yang kelelahan. Di apartemen kumuh bertingkat 100, di tengah Kota Cyberpunk Jakarta tahun 2347, Xiao Mei menatap layar holografik. Chat-nya pada "Lei, sang Filsuf Tao" masih menggantung, abadi dalam status 'Sedang Mengetik...'. Sudah tiga hari. Tiga hari tanpa suara gemerisik keyboard virtualnya, tanpa ocehan absurdnya tentang Tao, keabadian, dan... reinkarnasi.
Xiao Mei mendengus. Reinkarnasi? Di dunia di mana langit hanya menampilkan warna abu-abu polusi, di mana makananan sintetis lebih mahal daripada udara bersih, siapa yang masih peduli dengan omong kosong spiritual? Kecuali Lei. Lei yang ANEH.
"Dasar penggila sejarah!" gumamnya sambil mengetuk-ngetuk jarinya yang dipasangi implan bio-mekanik ke meja.
Di dimensi lain, jauh di pedalaman Gunung Wuyi tahun 1723, Lei, seorang pertapa muda dengan jubah lusuh, sedang menulis dengan kuas di atas perkamen usang. Malam dingin menusuk tulang, tetapi api di tungku membuatnya tetap hangat. Dia menulis tentang mimpi. Mimpi tentang kota logam raksasa, tentang orang-orang dengan mata bercahaya biru, dan seorang wanita dengan tato naga di lengannya yang memanggil namanya: Xiao Mei.
"Xiao Mei," bisiknya, nama itu terasa aneh di lidahnya, seperti melafalkan mantra yang terlupakan.
Lei tahu. Dia tahu Xiao Mei ada di suatu tempat, di suatu waktu. Mimpi itu terlalu nyata, terlalu kuat untuk diabaikan. Dia percaya. Dia HARUS percaya. Kalau tidak, semua pencariannya selama ini akan sia-sia.
Mereka berbicara melalui celah waktu, melalui bug dalam matriks. Lei mengirimkan puisi-puisi kuno yang terenkripsi dalam format MP3, Xiao Mei membalas dengan meme-meme absurd tentang kucing galau dan teori konspirasi alien. Cinta mereka tumbuh di antara sinyal yang terputus-putus, di antara percakapan yang terhenti di tengah jalan. Cinta yang absurd, MUSTAHIL, dan sangat kuat.
Suatu malam, Lei mengirimkan pesan terakhir. "Aku menemukan cara untuk menemuimu, Xiao Mei. Aku akan memecahkan teka-teki ini, menembus tirai waktu. Tunggulah aku."
Xiao Mei menunggu. Menunggu di tengah hingar bingar Kota Cyberpunk Jakarta, menunggu di tengah kesunyian malam, menunggu di tengah KEHANCURAN dunia.
Lalu, dia mengerti. Lei tidak berusaha menembus waktu. Dia berusaha mengakhiri SEMUANYA. Semua siklus, semua reinkarnasi.
Dia tersadar bahwa mimpi-mimpi mereka, cinta mereka, hanyalah GEMA dari kehidupan yang tak pernah selesai, lingkaran yang berputar tanpa akhir. Lei, di setiap inkarnasi, selalu mencoba mengakhiri permainan ini. Dan Xiao Mei, di setiap inkarnasi, selalu mencintainya, bahkan saat dia INGIN menghancurkan dunia.
Saat matahari, atau apa pun yang tersisa darinya, akhirnya menolak untuk terbit, Xiao Mei menerima pesan terakhir dari Lei. Itu bukan puisi, bukan meme, bukan janji. Hanya kode biner yang rumit. Dia memecahkannya.
"Aku mencintaimu, bahkan saat kau tak lagi percaya reinkarnasi… SELAMAT TINGGAL."
You Might Also Like: Cerpen Seru Bayangan Yang Terpahat Di
Post a Comment