Tirai putih sutra itu bergerak pelan, mengikuti irama angin yang berbisik di antara pepohonan maple yang mulai menguning. Di baliknya, Lin Wei berdiri. Bukan Lin Wei yang sekarang, seorang mahasiswi arsitektur yang gemar menggambar sketsa bangunan kuno. Tapi, Lin Wei yang DULU.
Sejak kecil, Lin Wei dihantui mimpi-mimpi aneh. Istana megah dengan pilar-pilar giok, taman luas dengan bunga plum yang tak pernah layu, dan seorang pria dengan senyum menawan yang mematikan. Mimpi-mimpi itu bukan sekadar ilusi. Mereka adalah fragmen-fragmen kehidupannya yang lalu, ketika ia adalah Permaisuri Lin, seorang wanita yang dicintai sekaligus dikhianati di balik dinding istana.
Pria itu, Kaisar Li Wei, kekasih sekaligus suaminya. Dalam mimpi-mimpinya, Lin Wei melihat senyumnya, senyum yang dulu begitu memabukkan, kini terasa seperti racun mematikan. Dia mengingat bisikan mesra, janji abadi, dan kemudian… pengkhianatan. Racun di dalam cangkir anggur. Malam gelap gulita. Dan senyum Li Wei di balik tirai putih saat ia menghembuskan napas terakhir.
Lin Wei tidak mengerti mengapa ia mengingat semua ini sekarang. Ia hidup di dunia yang berbeda, di era modern dengan gedung pencakar langit dan teknologi canggih. Namun, setiap kali ia menyentuh sutra putih, jantungnya berdebar kencang. Setiap kali ia melihat bunga plum, air mata mengalir tanpa alasan.
Kemudian, ia bertemu dengannya. Seorang kolektor barang antik kaya raya bernama… Li Wei.
Li Wei yang ini berbeda. Lebih lembut, lebih perhatian. Tapi, ada kilatan熟悉 (shú xī familiar) di matanya yang membuat Lin Wei merinding. Dia tahu, di suatu tempat di dalam diri pria ini, bersemayam Kaisar Li Wei yang telah merenggut nyawanya.
Lin Wei memiliki kekuatan. Kekuatan untuk memilih. Kekuatan untuk mengubah takdir. Ia bisa membalas dendam. Ia bisa menghancurkan Li Wei. Tapi, ada sesuatu yang menahannya. Ada rasa kasihan, mungkin sedikit cinta yang tersisa dari kehidupan yang lalu.
Puncaknya terjadi saat lelang artefak kuno. Sebuah jepit rambut giok berbentuk burung phoenix, persis seperti yang ia pakai di malam kematiannya, diperebutkan. Li Wei mati-matian menginginkannya. Lin Wei tahu, jika ia membiarkan Li Wei memiliki jepit rambut itu, ia akan terperangkap selamanya dalam lingkaran reinkarnasi yang sama.
Dengan KEKUATAN yang baru ditemukannya, Lin Wei menawar jepit rambut itu. Bukan untuk memilikinya, tapi untuk menghancurkannya. Di depan mata Li Wei yang terkejut, ia membanting jepit rambut itu ke lantai, menghancurkankannya menjadi kepingan-kepingan kecil.
Saat Li Wei menatapnya dengan mata yang penuh kebingungan dan kesedihan, Lin Wei tersenyum. Bukan senyum Permaisuri Lin yang polos dan naif. Ini adalah senyum Lin Wei, seorang wanita yang telah lahir kembali, seorang wanita yang telah membebaskan dirinya dari belenggu masa lalu.
"Aku telah memaafkanmu, Li Wei," bisiknya pelan. "Tapi, aku tidak akan pernah melupakan."
Ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Li Wei yang terdiam membisu di tengah kerumunan.
Di balik tirai putih sutra yang bergoyang pelan, Lin Wei berjanji, KELAK, DI KEHIDUPAN BERIKUTNYA, KITA AKAN BERTEMU LAGI.
You Might Also Like: 0895403292432 Skincare Alami Untuk
Post a Comment